Self-Efficacy
Menurut Bandura (Dalam Schultz &
Schultz, 2005), self-efficacy
merupakan keyakinan kita tentang bagaimana kita bisa memfungsikan diri
kita dalam menghadapi sebuah situasi. Kita dapat pula melihat
bagaimana seseorang meletakkan self-efficacy
untuk dirinya sendiri. Dalam menghadapi setiap ritangan dan permasalahan dalam
hidupnya, orang dengan low self efficacy
ini akan cepat putus asa dan percaya bahwa setiap usaha yang dilakukan adalah
sia-sia. Low self efficacy dapat
merusak motivasi, mengganggu kemampuan kognitif, memiliki aspirasi yang rendah dan juga
dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisiknya. Sedangkan orang dengan high self efficacy percaya bahwa mereka
dapat menangani setiap masalah dalam hidupnya karena orang dengan high self efficacy percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan dan merasa mampu berusaha untuk mengatur setiap kejadian
dalam hidupnya. High self efficacy
dapat mengurangi rasa takut akan kegagalan, meningkatkan aspirasi, dan
meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang juga akan meningkatkan
kemampuan untuk berpikir analitikal, bergairah, semangat dalam menjalani hidup,
tidak ragu-ragu dalam melakukan apapun, dan bahkan ia merasa segala kesulitan
merupakan tantangan yang harus selalu dihadapi.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy
Penilaian
seseorang terhadap self-efficacy pada
hakikatnya didasari oleh 4 sumber informasi yakni:
- Performance attainment
Pencapaian
yang telah dilakukan sebelumnya sangat berpengaruh dalam menentukan self
efficacy seseorang bagi dirinya sendiri. Kemampuan yang baik akan menguatkan
self efficacy, begitupula sebaliknya.
- Vicarious experiences
Melihat
orang lain ternyata juga berpengaruh pada self efficacy. Prinsip yang terjadi
adalah “Dia bisa,
maka kenapa saya tidak?” Jika ini yang terjadi maka self efficacy akan
meningkat. Namun ketika melihat orang lain gagal, apalagi yang gagal merupakan
model kita, maka kita akan turut rendah diri.
- Verbal persuasion
Dengan
kalimat-kalimat yang bersifat meyakinkan atau persuasif, seseorang juga bisa terdorong semangatnya untuk maju selama kalimat yang diucapkan tersebut masuk akal.
- Physiological arousal
level ketakutan atau ketegangan yang dimiliki tubuh untuk menghadapi sebuah
situasi. Bahkan Bandura berpendapat bahwa seseorang akan cenderung berhasil
ketika mereka merasa tenang dalam sebuah masalah dari pada mereka yang tertekan (kegelisahan yang mendalam).
Kondisi yang
mempengaruhi Self-Efficacy
- Memperlihatkan pengalaman sukses dengan mengatur tujuan yang terjangkau. Dengan dilakukannya hal tersebut dapat memberikan efek yang positif. Efek positif tersebut ialah meningkanya pencapaian kinerja seseorang.
- Memperlihatkan orang-orang yang sukses. Dengan melakukan hal tersebut dapat meningkatkan pengalaman sukses yang dapat mewakili seseorang.
- Memberikan persuasi verbal. Dan dengan adanya persuasi verbal tersebut, dapat mendorong seseorang untuk mempercayai bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu dengan sukses.
- Memperkuat dorongan fisiologis melalui diet teratur, mengurangi stress dan berolahraga.
Indikator
Self-Efficacy
Menurut Bandura (1997:
42-43), dimensi-dimensi Self-Efficacy yang digunakan sebagai dasar bagi
pengukuran terhadap Self-Efficacy individu adalah :
a. Magnitude.
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat
kesulitan tugas yang diyakini oleh seseorang untuk dapat diselesaikan.
Jika individu dihadapkan pada masalah
atau tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan tertentu maka Self-Efficacy nya akan jatuh pada tugas-tugas atau masalah yang
mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkatnya
tersebut. Dimensi kesulitan memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku
yang dicoba atau yang akan dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang
dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari tingkah laku yang dirasa berada di
luar batas kemampuannya.
b.
Strenght
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat
kekuatan atau kelemahan keyakinan
individu tentang kemampuan yang dimilikinya. Individu dengan Self-Efficacy kuat mengenai kemampuannya cenderung
pantang menyerah dan ulet dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi
rintangan. Sebaliknya individu dengan Self-Efficacy lemah cenderung mudah terguncang oleh hambatan kecil dalam
menyelesaikan tugasnya.
c.
Generality
Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan keluasan
bidang tugas yang dilakukan. Dalam mengatasi atau menyelesaikan
masalah/tugas-tugasnya, beberapa individu memiliki keyakinan terbatas pada
suatu aktivitas dan situasi tertentu dan beberapa menyebar pada serangkaian
aktivitas dan situasi yang bervariasi.
Daftar Pustaka
Bandura, Albert. 1997. Self-Efficacy The Excercise of
Control. USA: W. H
Freeman and Company.
Schultz. E. S., dan Schultz. P. D., (2005). Theories of Personality. Eighth Edition. United States of America: Wadsworth Cengage Learning.
Informasi yang menarik, terima kasih
BalasHapusSangaat bermanfaat. Terimakasiii
BalasHapusBlog yang menarik, menambah pengetahuan. Trimakasih blog rai :))
BalasHapusTulisan yang sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
Menarikš
BalasHapusInformasi yang sangat bermanfaat dan menambah pengetahun juga informasi yang lainnya. Terimakasih atas pembagian informasinya
BalasHapusBermanfaat sekali kak :))
BalasHapusMenambah pengetahuan saya akan apa itu self efficacy. Thanks minn
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapusKeren kereen
BalasHapusMntp
BalasHapusMantul
BalasHapus